![](https://sintesatrainindo.com/wp-content/uploads/2023/10/TEMA-FOTO-1024x1024.png)
Penilaian merupakan hal yang sangat penting sebelum melakukan tindakan RJP sehingga pertolongan kepada korban dapat diberikan secara optimal.
1. Menilai Keadaan
Sebelum melakukan pertolongan terhadap korban, penolonga harus memastikan keadaan dan kondisi disekitar korban. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum tentang keadaan yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang dapat membahayakan korban dan pertolongan serta orang orang disekitar tempat kejadian, dan melakukan langkah langkah untuk mengamankan keadaan atau ancaman bahaya dan menentukan tindakan pengalaman bila sesuatu terjadi. Sebelum melakukan tindakan P3K termasuk RJP, hal yang harus diingat adalah bahwa keselamatan penolong harus diutamakan.
2. Menilai Kondisi Korban
A. Kesan umum
Penilaianini dilakukan untuk memperoleh gambaraan ringkas dan cepat mengenai kondisi korban dan berat ringan kasus yang sedang dihadapi. Karena penolong harus menentukan terlebih dahulu apakah penderita adalah asus trauma atau kasus medis. Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu ruda paksa misalnya kasus pendarahan, luka terbuka, patah tulang atau penurunan kesadaran. Sedangkan kasus medis adalah kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat rudapaksa misalnya sesak nafas, nyeri dada dll.
B. Respon/ reaksi korban
penilaian ini adalah cara sederhanan untuk mengetahui kesadaran korban.
Respon korban dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:
- Awas
Korban pada tingkatan ini menyadari waktu pada saat itu, lungkungan dan namanya.
Cara untuk menilai kesadaran pada tingkatan ini dapat dilakukan dengan memanggil korban.
- Suara
Korban hanya bereaksi/ merespon bila dipanggil atau mendengar suara, sehingga dapat dikatakan bahwa korban respon terhadap rangsang suara.
Cara untuk menilai kesadaran pada tingkatan ini dapat dilakukan dengan cara memanggil korban
- Nyeri
Korban hanya merespon rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong.
Cara untuk menilai kesadaran korban pada tingkatan ini dapat dilakukan dengan penekanan pada bagian tengah (pertemuan) tulang dada (bila tidak ada cedera tulang dada) atau cubitan yang kuat. Respon korban dapat (hanya) membuka mata, erangan atau gerakan ringan lainya
- Tidak ada respon
Korban tidak memberikan respon apapun terhadap rangsangan yang diberikan oleh penolong.
3. Menilai pernafasan (Breathing)
Penilaian pernafasan dilakukan untuk mengetahui masih berfungsinya paru-paru sebagai salah satu organ pada sistem pernafasan.
Cara menilai pernafasan (secara khusu)
- Korban dibaringkan
- Penolong disamping korban
- Letakkan telinga pada hidung korban
- melihat gerakan dada dan perut
- dengarkan hembusan udara
- rasakan hembusan udara
4. Menilai sirkulasi (circulation)
Penilaian sirkulasi dilakukan untuk mengetahui masih berfungsinya jantunng untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung memopa darah maka pembuluh darah akan melebar dan berkontraksi sesuai dengan gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung, atau biasa dikenal dengan denyut jantung. Denyut nadi dapat diperiksa antara lain di leher (arteri carotis), pergelangan tangan (arteri radialis), lipat paha (arteri femoralis)
Cara menilai sirkulasi:
- Arteri Radialis
Raba pada 2 jari di bawah pergelangan tangan bagian dalam lurus dengan ibu jari
- Arteri Carotis
Raba pada segitiga antara tulang tenggorok dan otot leher (sternocleidomastoideus)
5. Meminta bantuan rujukan
Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap. Penilainan keadaan dan kondisi korban (respon, pernafasan, dan sirkulasi) harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik